Selasa, 27 Januari 2009

Jenar

saat santri utusan para wali melaporkan bahwa siti jenar menyebutkan "tak ada siti jenar yang ada hanya Allah", pada saat itulah terjadi suatu konsep pengkerdilan arti dari suatu pandangan sufiistik yang dilakukan oleh para wali karena saat itu jelas pandangan bersebrangan dengan pandangan yg dipegang oleh para wali, maka ada baiknya kita mencoba untuk mengetahui apa maksud dari perkataan sang ulama besar ini,

adakah benar siti jenar mentasbihkan namanya sejajar dengan sang khalik ?

pertanyaan ini yang selama ini muncul dalam benak saya, maka saya mencoba menelusuri berbagai buku tentang pandangan beliau dan dari sana saya mulai sedikit bisa membaca apa arti dari perkataan "tak ada siti jenar yang ada hanya Allah SWT" begitu pula sebaliknya "tak ada Allah SWT disini yang ada hanya siti jenar" pada saat perintah atau undangan sang wali di haturkan kembali padanya apakah itu berarti bahwa siti jenar telah menduakan Alllah atau bahkan telah menyamakan dirinya dengan Allah ?bahkan saat diperadilan siti jenar sempat mengungkapkan "hanya orang bodoh yang menyembah sang khalik karena tak ada bedanya kita / saya dengan sang khalik jadi apakah mungkin sang khalik menyembah sang khalik ?, maka mari kita sedikit meniti sejarah pada masa awal pemerintahan kesultanan demak berdiri.

pada masa itu penyembahan kepada sultan begitu tinggi hingga sabda sultan hampir sama beban hukumnya dengan firman tuhan maka tidak begitu mengherankan bila sang ulama mengatakan hal demikian bahkan pada suatu kesempatan seorang wali sempat berujar pada seorang pande keris yang enggan menyambut undangan sultan dengan perkataan kuwalat atau mendapat adzab bila sang pande tidak mengindahkan undangannya karena hal tersebut bisa disamakan dia dengan tak mengindahkan perintah Nya,maka siti jenar pa da hakekatnya ingin mengembalikan persamaan hak dan derajat sesama manusaia tidak pandang bulu jabatannya sehingga tidak seharusnya kita menyembah pada khalik yang bukan semestinya menjadi sang khalik.Kita kembali pada pertanyaan krusila kita apa benar sang ulama menyamakan dirinya adalah Tuhan ? bila saya melihat lebih dalam arti perkataannya itu maka saya semakin salut dengan ketiadaan yang dimiliki oleh sang ulama karena kesadarannyalah maka mahabbah sesungguhnya terhadap Allah sang pencipta telah terwujud dihatinya ini terbukti begitu dekatnya beliau dengan fatka ketiadaan ruang dan waktu yang bisa membatasi segala gerak dan ucapannya sebuah ilustrasi sederhana tentang kecintaan sang ulama dengan tuhannya adalaha apabila kita begitu mencintai pasangan hidup kita dan cinta itu telah berbalas dengan kadar yang sama atau bahkan lebih maka kita akan mersa bahwa tak akan ada perbedaan antara diri kita dengan pasangan kita karena semua ucapan dan keinginnan yang ada dalam hati ini akan sama dengan keinginan dan ucapan yang kan pasangan hidup kita ucapkan, inilah yang disebut dengan talah merasuk (manunggal) bersama apa yang kita cintai dalam hal ini adalah pasangan kita namun pakah kita ini sebagai individu adalah pasangan hidup kita ?tentu jelas "bukan" hal ini bukannya tidak diketahui oleh para wali hanya karena sang ulama meluruskan bahwa berhaji itu tudak sama dengan sholat jum'at di masjid Demak yang didirikan para walilah penyebabnya maka para wali menututp mata akan kebenaran tersebut,pandangan ini jelas akan membuat masjid Demak kosong dari pengiktu widhatul wujud yang disebarkan oleh siti jenar sehingga legitimasi dari kekuasaan para wali yang pada masa kesultanan begitu besar akan terancam maka dibuatlah suatu konspirasi menyesatkan yang ditujukan oleh sosok siti jenar dan berujung pada hukuman mati kepadanya serta mengganti jasad sang ulama dengan anjing sebuah penghinaan dan fitnah besar yang ditujukan pada suatu ajaran atas suatu mazhab yang belum tentu sesat.

semoga posting saya ini dapat membuka mata hati kita , dan mohon dimaafkan bila tulisan ini kurang lengkap atau ada kesalahan disana sini karena kebenaran hanya milik Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar