Selasa, 03 Februari 2009

demokrasi oh.....democrazy ................YOYO

kemarin saat aku lihat drama demokrasi di Sumatra Utara ada rasa yang membuat ku mencibirkan hati, bagaimana tidak saat aku lihat beberapa orang yang benar2 seharusnya berhati mulya berwawasan luas malah membawa negri ini keranah antah berantah dengan melakukan pemaksaan kehendak yang mengacu pada penghinaan terhadap demokrasi yang menurut mereka dijunjung setinggi langit, atau karena terlalu tinggi mereka menjunjung kedemokrasian mereka hingga mereka menganggap berada diatas kaki kebenaran atas nama demokrasi dengan rakyat sebagai tameng hidupnya dan pada akhirnya nyawa adalah sesuatu yang lumrah untuk dihilangkan, pada kasus ini adalah ketua DPRD mereka sendiri yang akhirnya harus tewas dalam acara hingar bingar itu,sungguh suatu kegiatan yang bukan mencerminkan demokrasi sedikitpun.

bukan hal yang tidak mungkin apabila suatu daerah menginginkan hak otonomi atas daerahnya sendiri karena dengan demikian penyebaran ekonomi tidak terkosentrasi hanya pada satu daerah saja namun seluruh daerah dipelosok negri ini akan benar2 terjamin akan kebebasan membelanjakan dan merasakan pertumbuhan ekonomi secara langsung dan pada akhirnya mereka memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengatur kas daerah mereka sendiri, namun hal ini justru akan menimbulkan kerajaan2 kecil di negara kesatuan republik Indonesia  karena diakui atau tidak mental kita masih mental kaum kaum feodal di mana pemimpin akan berlaku selayaknya raja lengkap dengan kepongahan dan nafsu untuk memberikan kemakmuran untuk keluarga , kolega dan kroni2nya.

di kasus sumatra utara ini aku heran dan sedikit bertanya-tanya apa yang akan diterima oleh para pengikut /simpatisan/masa pro terhadap protap apa bila benar tapanuli menjadi sebuah propinsi yang berdiri sendiri ?, apakah mereka akan mendapatkan kemakmuran yang  lebih atau mendapatkan kesempatan untuk bekerja yang lebih dari yang mereka rasakan sekarang ini ?, kok aku merasa hal itu hanya mimpi2 manis saja karena aku juga yakin pasti bila saatnya tiba Tapanuli menjadi sebuah propinsi sendiri, yang merasakan kemerdekaan seperti itu tidak akan lebih banyak dari jumlah para pendemo yang rela menghabisi nyawa para petinggi mereka. karena pasti hanyaa beberapa orang saja yang kebetulan akan menjadi pemimpin saja yang akan merasakannya, atau mungkin para pemuda atau anggota2 DPR yang jadi otak dan ikut dalam aksi itu terjebak oleh rasa iri terhadap beberapa teman mereka sesama anggota DPR dari daerah lain bisa melancong kebeberapa negara (studi banding) atas biaya masyarakat negri ini (Rakyat), mungkin kali ya hehehehe.............

pada akhirnya aku bertanya apa benar kita sebagai bangsa sudah siap untuk memikul beban berat sebuah demokrasi ?karena yang aku lihat adalah justru demokrasi itu diterjemahkan sebagai legalitas untuk memerdekakan diri dari keinginan2 individu shingga intimidasi,anarkisme adalah sebuah modal utama untuk meloloskan suatu bentuk ide dari segelintir golongan dan individu yang tidak memiliki kekuasaan apapun sedang yang memegang kekuasaan dengan demokrasinya mampu menulikan telinganya uintuk mendengar pendapat2 yang bersebrangan dengan keinginannya, sungguh saat ini aku makin bingung sebenarnya demokrasi itu apa sih ? dan sebenarnya penerapan demokrasi itu seperti apa 

ah......sungguh kita telah terjebak oleh euphoria suatu paham kegamangan dalam bernegara hingga tak sadar kita telah menjadi boneka dan alat permainan yang indah saja seperti YOYO

1 komentar:

  1. wah akhirnya yoyo lagi. barang kali anda benar, sebenarnya mereka yang meneriak neriakan demokrasi itu sebenarnya tidak paham dengan makna demokrasi itu sendiri, dan mereka yang berbuat anarkis dengan mengatas namakan domokrasi bukan hanya tidak paham tetapi juga atidak tahu apa yanag sebenarnya telah meeka lakukan, kasihan memang, kebanyakan dari mereka hanya diperalat saja, kasihan memang, semoga Allah mengampuni segala khilafnya, dan kita juga jangan sampai terperosok kedalam pemahaman semu yanag tidak kita pahami, amin.

    BalasHapus